Bandung, ITB Career Center ̶ HDE Inc., sebuah perusahaan cloud security berkantor di Tokyo, Jepang menjadi salah satu partisipan pada ITB Integrated Career Days, 17-18 Maret 2018.
HDE Inc. yang didirikan atas kesadaran pentingnya sistem penyimpanan data (cloud) menjadi salah satu perusahaan digital yang ramai dikunjungi pada pekan Titian Karir ITB 2018. Kazuhiro Richie Ogura, selaku CEO HDE Inc. mengatakan bahwa cloud menjadi trend dan mulai dikembangkan dibanyak negara, termasuk Indonesia, setelah terjadinya gempa besar yang merusak sistem penyimpanan data di negeri Sakura tersebut.
“Di Jepang, trend penggunaan cloud menjadi kian marak. Puncaknya pada 2011, yakni ketika Jepang terkena gempa besar, banyak data-data hilang. Akhirnya banyak orang mulai menggunakan cloud karena dinilai lebih aman dalam menyimpan data. Bahkan perusahaan-perusahaan besar mulai beralih ke penggunaan cloud untuk big data karena dianggap lebih efektif juga, hal tersebut membuat banyak pihak harus aware dengan sistem penyimpanan data. Data adalah informasi yang sangat fragile dan harus dijaga sebaik mungkin,” jelasnya.
Kazuhiro Richie Ogura, CEO HDE Inc. memaparkan tentang Global Internship Program di Aula Barat ITB, Sabtu (17/3). Pada perhelatan ITB Integrated Career Days 2018, Richie mengapresiasi kontribusi computer engineer lulusan ITB yang bekerja di perusahaan cloud tersebut. (Dok. ITB Career Center)
Melalui tagline-nya, “liberation of technology”, Richie, sapaan akrabnya ̶ menegaskan, bahwa perusahaan ini dibangun atas kepercayaannya terhadap teknologi untuk kebaikan masyarakat banyak.
“Perusahaan kami percaya pada perkembangan digitalisasi dan teknologi cloud yang mampu memudahkan pekerjaan banyak orang. HDE Inc. bekerja untuk dan dengan teknologi mutakhir (cutting edge technology), sejak 2011 kami kembangkan cloud, namun sekarang kami mulai merambah ke IOT (Internet of Things; software, server management, OTP generator, red.). Dengan berbagai eksperimennya, Kami percaya cutting edge technology akan sampai ke kostumer, kami ingin semua berhak atas teknologi, semua orang dari negara manapun, karenanya, kami juga bekerja dengan engineer dari berbagai negara di dunia,” jelasnya saat diwawancarai di Aula Barat ITB, Minggu (18/3).
Berbeda dengan perusahaan Jepang lainnya, Richie, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa HDE Inc. tidak mengikuti jadwal perusahaan Jepang yang merekrut karyawan barunya satu tahun sebelum fresh graduate lulus.
“Berbeda dengan startup company, perusahaan kami seperti kebanyakan perusahaan di Jepang, lebih domestik. Namun, berbeda dengan perusahaan Jepang pada umumnya, sesuai kebutuhan perusahaan, kami hire karyawan melalui program internship. HDE Inc. mulai melakukan internasionalisasi dan membuka kesempatan internship setiap saat bagi siapapun, dari negara manapun, kami juga tidak seperti perusahaan Jepang yang mengharuskan karyawannya mampu berbahasa Jepang. Saat ini ada sekitar 5600 intern applicants dari seluruh dunia, 1300-nya adalah kandidat Indonesia, dan saat ini ada 7 orang yang bekerja tetap disana dari Indonesia, beberapa adalah alumni ITB,” ujarnya.
Richie mengapresiasi alumni ITB yang saat ini bekerja di perusahaannya. Menurutnya, banyak lulusan kampus gajah tersebut telah mengubah cara pandangnya terhadap stereotype software engineer yang terkesan kaku dan tidak bisa berkomunikasi dengan baik.
Salah satu pengunjung Titian Karir ITB 2018 mendatangi booth HDE Inc. untuk mengetahui proses internship di perusahaan cloud security tersebut, Minggu (18/3). (Dok. ITB Career Center)
“Alumni ITB tahu bagaimana mengeskpresikan ide dan pikirannya kepada forum. Mereka mengubah stereotype software engineer yang pendiam dan kaku seperti yang selama ini melekat di benak kita. Alumni ITB membantu saya menemukan cara pandang yang unik terhadap computer engineering student yang lulus dari kampus ini,” paparnya.
Ditanya lebih lanjut terkait gaya berbusana yang dipakainya, Richie menyatakan Ia hanya ingin menyampaikan bahwa HDE Inc adalah perusahaan Jepang, sehingga bisa menarik pengunjung untuk datang dan berbincang terkait program Internship di booth-nya.
“Kami ingin memunculkan kesan yang bisa diterima di benak teman-teman, bahwa HDE Inc., meskipun memiliki banyak karyawan internasional, adalah perusahaan Jepang. Ini berangkat dari ketakutan beberapa karyawan kami sejak 4 tahun lalu, dimana kami mulai menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa official kantor kami, dan sejak saat itu saya berhenti menggunakan bahasa Jepang pula. Beberapa karyawan kami asal Jepang takut dengan ekspansi ini, namun secara kultural, kami sampaikan bahwa HDE Inc adalah perusahaan Jepang. HDE Inc hanya ingin mengglobal, selebihnya, kami ingin diingat dan menarik minat teman-teman jobseeker untuk mencicipi bekerja di Tokyo dan mengembangkan teknologi bersama,” selorohnya sambil tertawa.
(fulca veda)