Founder & CEO Inagri, M Shiddiq Azis menjadi pembicara dalam acara Seminar Entrepreneurship Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) – ITB 2020, yang dilaksankan secara daring pada Jumat (18/9/2020).
Bandung, ITB Career Center – Pandemi Covid-19 berdampak besar bagi seluruh lapisan masyarakat. Seperti kegiatan belajar mengajar yang awalnya mengharuskan kita belajar di kelas atau datang ke suatu tempat, kini melalui daring. Bahkan untuk berkonsultasi tentang kesehatan, yang awalnya harus ke dokter, kini dapat berkonsultasi kesehatan melalui platform yang ada juga secara daring.
Tidak berbeda jauh dengan contoh di atas, bagi pengusaha pandemi telah mengubah paradigma kewirausahaan. Sebelumnya para pembisnis bergantung pada penjualan offline, tetapi kini tergantikan dengan transaksi secara daring. Hal ini disampaikan oleh Founder & CEO Inagri, M Shiddiq Azis. Inagri sendiri merupakan sebuah aplikasi supplier sayur, buah dan sembako secara daring.
“Seperti yang kita ketahui, dengan adanya Covid ini banyak kebiasaan yang berubah, mulai dari yang biasanya beli offline jadi online,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam acara Seminar Entrepreneurship Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) – ITB 2020, yang dilaksankan secara daring pada Jumat (18/9/2020).
Walaupun banyak hal yang berubah akibat pendemi, kita harus pandai melihat peluang. Seorang pengusaha tidak boleh hanya berpikir negatif tentang suatu kejadian. Menurut Shiddiq, fokus kita sebagai pengusaha pun harus diubah. Modal usaha yang besar atau kepintaran yang kita miliki, tidak akan menyelamatkan usaha kita dari pademi. Pandemi melatih kita lebih kreatif dan mampu beradaptasi.
“Kalau kata SPBU kita restart, dimulai dari nol lagi. Kita harus kembali ke nol dan tetap semangat. Yang pasti bukan yang kuat atau yang pintar yang menang tetapi yang mampu beradaptasi dan membaca peluang. Jadi ini bukan tentang uang atau kepintaran. Tetapi yang paling penting di Covid ini adalah beradaptasi dan membaca peluang. Sehingga kita bisa sama-sama bertahan,” jelasnya.
Selain melihat pelung dan beradaptasi, kita pun harus memahami arti dari entrepreneurship. Entrepreneurship menurut Shiddiq adalah tentang bagaimana kita create value menjadi bernilai. Shiddiq memberi contoh kerbau dan burung yang saling bergantung satu sama lain. Burung yang hinggap di atas kerbau saling menguntungkan satu sama lain.
“Entrepreneurship itu seperti itu, bagaimana kerbau dan burung saling betukar nilai dan saling bermanfaat. Jadi enterpreneurship dapat kita asumsikan bagaimana kita bisa saling bertukar nilai, bertukar benefit. Itu yang paling penting,” ujarnya.
Shiddiq mengatakan, kita harus memastikan bahwa nilai yang kita tawarkan dapat memenuhi kebutuhan. Semakin spesifik suatu nilai yang ditawarkan semakin mudah pula untuk dipahami oleh konsumen kita. Di sini kita dapat melihat bagaimana nilai tersebut berkembang jadi kesempatan baru bagi kita sebagai pengusaha. (Mar)